Saiful Mahdi Dorong Aceh Kembangkan Ekonomi Hijau, Bukan Ekonomi Tambang

Saiful Mahdi, Dosen dan Peneliti FMIPA USK. Foto: Malika Islami Arifa.

BSINews.id | Banda Aceh – Dosen dan peneliti Universitas Syiah Kuala (USK), Dr. Saiful Mahdi, menegaskan pentingnya arah pembangunan Aceh menuju green economy atau ekonomi hijau yang berkelanjutan, bukan kembali terjebak dalam praktik ekonomi ekstraktif seperti pertambangan dan eksploitasi sumber daya alam yang tak terbarukan.

Dalam wawancara usai Diskusi Publik “7 Desakan Darurat Ekonomi” di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) USK, Saiful menjelaskan bahwa konsep ekonomi hijau bukan hal baru di Aceh.

Iklan Dinas PUPR Aceh Barat

“Dulu pernah ada konsep Aceh Green di masa pemerintahan Irwandi Yusuf. Dan apapun istilahnya, saya kira itu memang jawaban terhadap krisis manusia dan lingkungan yang makin memburuk di seluruh dunia,” ujarnya di FEB USK Banda Aceh, Selasa (14/10/2025).

Menurutnya, Aceh masih memiliki kekayaan biodiversitas luar biasa yang menjadi penyelamat di tengah krisis ekonomi dan lingkungan nasional.

“Leuser itu paru-paru dunia. Udara bersih, air jernih, dan lingkungan hijau yang kita miliki adalah jasa ekonomi yang besar. Itu yang membuat Aceh masih bisa bertahan hidup walau tidak kaya secara ekonomi,” katanya.

Saiful menilai, praktik ekonomi ekstraktif justru menjadi ancaman bagi ketahanan sosial dan lingkungan Aceh. “Kita boleh mengambil sumber daya, tapi dari yang bisa diperbarui, seperti pertanian, hasil laut, atau hutan non-kayu. Aceh sebenarnya bisa tumbuh tanpa harus mengeruk tambang,” tegasnya.

BACA JUGA:  Tarif Transportasi di Aceh Turun, Bantu Redam Kenaikan Harga Bulan April

Menanggapi potensi migas di Blok Andaman dan revitalisasi PT Arun, Saiful berpendapat bahwa sumber daya alam seperti minyak dan gas sebaiknya menjadi tabungan generasi masa depan.

“Negara-negara seperti Norwegia dan Amerika menyimpan minyak mereka untuk anak cucu. Kenapa kita harus buru-buru mengeksploitasi yang pasti habis?” ujarnya.

Ia menambahkan, sumber daya alam adalah titipan generasi mendatang yang harus dijaga.

“Kalau minyak dan gas habis, kita tak punya apa-apa lagi. Tapi kopi, laut, dan hutan yang dijaga akan terus memberi kehidupan,” katanya.

Selain itu, Saiful juga menyoroti pentingnya kesiapan sumber daya manusia (SDM). Ia menilai sebelum membuka tambang, pemerintah seharusnya menyiapkan tenaga ahli dari Aceh sendiri.

“Kalau SDM kita belum siap, kita akan terus ditipu pihak luar. Jadi yang penting sekarang itu membangun manusia, bukan mengeksploitasi alam,” pungkasnya.