Iklan Dinas PUPR Aceh Barat

Belasan Anak Muda Aceh Barat Dilatih Tulis Sastra dan Ziarah Makam Sastrawan

Tim Dokarim-Basajan dan peserta pelatihan ziarah di makam Isnu Kembara, Desa Suak Ribee, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat. (Foto: Komunitas Basajan)

BSINews.id | Aceh Barat – Sekolah Menulis Dokarim bersama Komunitas Basajan memberikan pelatihan penulisan sastra bagi anak muda. Kegiatan ini berlangsung 31 Juli hingga 2 Agustus 2024, di salah satu warung kopi di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Direktur Komunitas Basajan, Junaidi Mulieng menyebutkan, kelas penulisan sastra diikuti oleh 12 anak muda, terdiri dari enam mahasiswa, empat siswa madrasah aliyah, dan dua sastrawan muda di kabupaten setempat.

Iklan Dinas PUPR Aceh Barat

“Kelas penulisan sastra merupakan rangkaian program dari ‘Mengalami Sastra Indonesia dari Kuburan’. Kegiatan ini diadakan oleh Sekolah Menulis Dokarim,” kata Junaidi.

Selain melatih menulis, peserta juga diajak untuk berziarah ke makam-makam sastrawan, di antaranya, Isnu Kembara, B Sanjaya (Bonimin S), dan Siti Aisyah (sastrawan perempuan yang meninggal saat tsunami).

Menurut Junaidi, saat ini, kondisi sastrawan di Aceh Barat sangat memprihatinkan. Jangankan diperhatikan, banyak masyarakat yang tidak kenal sosok mereka.

Padahal, karya-karya sastrawan Aceh Barat dikenal luas di luar daerah.

“Sebelumnya kami tidak tahu kalau di Aceh Barat memiliki banyak sastrawan hebat,” ujar Junaidi.

Untuk memperoleh informasi tentang sastrawan dan perkembangan sastra di Aceh Barat, tim Dokarim-Basajan menemui beberapa sastrawan legendaris.

Sastrawan ditemui tim tersebut, yaitu Mustiar AR sering disapa Bang Oneh, Syarifuddin Aliza, Rosni Idham, keluarga B Sanjaya dan Isnu Kembara.

Sementara itu, pemateri kelas sastra, Azhari Aiyub menyampaikan, sastra merupakan satu karya yang harus dilestarikan oleh setiap generasi muda.

BACA JUGA:  Satu Dekade HSN, Ketum HMI Meulaboh Sebut Dinas Pendidikan Dayah Harus Gencar Adakan Sosialisasi

“Selain itu, juga harus melanjutkan jejak sastrawan yang telah tiada dan menjadikan sastra sebagai hal penting bagi kehidupan,” ucapnya.

Tempat sama, Kepala Sekolah Dokarim, Fauzan Santa berharap karya-karya sastrawan Meulaboh dapat dikenang dan menjadi karya yang memotivasi banyak pemuda pemudi.

“Bukan hanya sekedar keindahan yang tidak dipedulikan,” pungkasnya.

Program Mengalami Sastra Indonesia dari Kuburan, juga memproduksi profil sastrawan Aceh dan penerbitan booklet dari hasil tulisan peserta kelas sastra.

Program ini dilaksanakan di lima lokasi, yaitu Aceh Barat, Pidie, Bireuen, Banda Aceh dan Aceh Besar.[]