BSINews.id | Banda Aceh – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh melaporkan, neraca perdagangan luar negeri Aceh pada September 2025 mengalami surplus sebesar US$3,12 juta.
Plt Kepala BPS Aceh, Tasdik Ilhamudin, menyampaikan bahwa nilai ekspor Aceh pada bulan tersebut mencapai US$50,44 juta, sementara impor sebesar US$47,32 juta.
“Dengan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor, Aceh mencatat surplus perdagangan luar negeri sebesar tiga juta dolar lebih,” kata Tasdik, Senin (3/11/2025).
Berdasarkan data BPS, ekspor Aceh pada September 2025 didominasi oleh komoditas batubara senilai US$38,72 juta, atau sekitar 86 persen dari total ekspor. Komoditas penting lainnya meliputi kondensat, kopi dan rempah-rempah, serta produk kimia.
Dari sisi negara tujuan, India menjadi mitra dagang utama dengan nilai ekspor US$39,25 juta atau 77,81 persen dari total ekspor. Di posisi berikutnya adalah Thailand sebesar US$6,02 juta, dan Tiongkok sebesar US$1,27 juta.
Sementara itu, sebagian besar ekspor Aceh dikirim melalui pelabuhan di wilayah Aceh sendiri dengan nilai US$44,26 juta (87,76 persen). Sisanya, sekitar US$6,14 juta, diekspor melalui pelabuhan di Sumatera Utara.
Untuk impor, BPS mencatat bahwa gas propana/butana menjadi komoditas utama dengan nilai US$45,89 juta, disusul oleh bahan hasil minyak senilai US$1,43 juta. Negara asal impor terbesar berasal dari Amerika Serikat (US$23,73 juta) dan Qatar (US$22,16 juta), keduanya memasok gas propana dan butana. Adapun impor dari Singapura senilai US$1,43 juta berupa bahan hasil minyak.
Tasdik menjelaskan, meski nilai ekspor mengalami penurunan sekitar 6,89 persen dibanding bulan sebelumnya, kinerja perdagangan luar negeri Aceh tetap positif karena masih mencatat surplus. “Data ini menunjukkan aktivitas ekspor Aceh masih cukup kuat, terutama dari sektor tambang dan energi,” ujarnya.
Ia menambahkan, diversifikasi ekspor ke komoditas non-migas seperti kopi dan rempah-rempah juga perlu terus dikembangkan untuk memperkuat struktur ekonomi daerah.


