Tragedi Kehilangan yang Merobek Hati: Tangis Pilu di Hari Idul Fitri

BSINews.Id | Aceh Barat – Pagi tadi, 75 orang etnis Rohingya berkumpul di depan tenda penampungan sementara di belakang kantor Bupati Aceh Barat.

Mereka menggelar shalat Idul Fitri 1445 Hijriah dengan penuh kesedihan dan haru yang dipimpin langsung oleh orang yang dituakan dikalangan mereka. Rabu, 10 April 2024.

Iklan Dinas PUPR Aceh Barat

Mohammad Jaabar (42) warga Myanmar yang menjadi imam serta Khatib dalam shalat berjamaah terlihat khusuk dengan doa dan siraman rohani dalam bahasa mereka sendiri.

Usai shalat berlangsung suasana haru terasa begitu kental di antara mereka. Para etnis Rohingya saling bersalaman dan memeluk sesama mereka, mencoba mencari sedikit kehangatan di tengah dinginnya kenyataan yang mereka hadapi.

Namun, tiba-tiba, tangis histeris memecah keheningan yang menyelimuti mereka, tak kala saudara laki-laki anak dari Imam Shalat tersebut hendak bersalaman dengan saudara perempuannya di baris belakang, Rofika Begum namanya.

Rofika Begum adalah seorang gadis berusia 14 tahun, hanyut dalam kesedihan yang mendalam, langsung memeluk erat saudara laki-lakinya sambil menangis histeris.

Tangisan jamaah lainnya juga memuncak histeris, Betapa tidak kehilangan yang begitu besar telah merobek hati mereka.

Rofika Begum (14) ini salah satu dari 75 orang yang selamat saat kapal terbalik pada beberapa waktu lalu, ia teringat pada ibu, abang, dan adiknya yang telah meninggal dalam tragedi laut.

Ibu mereka, Almh. Shukura Begum, bersama dengan abang dan adiknya, menjadi korban kapal yang terbalik di laut pantai barat aceh.

BACA JUGA:  Amarah Warga Blokade Jalan Hauling Batu Bara PT AJB Redam

Iqbal Sha, Muhammad Ali, dan Akbar Ali, bersama dengan puluhan orang lainnya, dipercayakan masih terombang-ambing di lautan yang luas, tak pernah kembali.

Hanya beberapa keluarganya yang masih selamat yakni ayah kandungnya Mohammad Jaabar (42), Anuwar Sha (18), dan Asraf Ali (10) yang terhindar dari tragedi tersebut.

Muhammad (36), seorang pengungsi Rohingya yang juga menjadi bagian dari peristiwa tragis itu, menuturkan kisah pilu tersebut kepada wartawan BSINews.id.

Cerita sedih ini menjadi bagian dari catatan hitam UNHCR, di mana 149 orang Rohingya mencoba mencari perlindungan di Malaysia, namun nasib tragis menghadang mereka di perairan Aceh Barat.

Dalam tragedi ini, hanya separuh dari mereka yang berhasil selamat. Angka-angka tersebut tak hanya sekadar statistik, melainkan cerminan dari penderitaan dan kehilangan yang begitu mendalam.

Semoga kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua akan betapa rapuhnya kehidupan, dan betapa besar perlunya kepedulian dan solidaritas di antara sesama manusia.